Jumat, 05 Maret 2010

Serial "Sosialisme dari Bawah" (6)

ENAM: REVOLUSI YANG DIKHIANATI

KELAHIRAN NEGARA-BURUH RUSIA disambut dengan invasi 17 pasukan dari 14 negara kapitalis. Sendirian, terisolasi, dan terkepung, negara-buruh yang baru lahir itu harus berjuang mempertahankan dirinya. Di bawah pimpinan Leon Trotsky, terbentuklah Tentara Merah. Itulah angkatan perang negara-buruh yang terdiri dari kaum buruh revolusioner. Selama tiga tahun Tentara Merah malang-melintang bertempur melawan sisa-sisa kekuatan Tsaris dan pasukan gembong-gembong kapitalisme dunia. Pada akhirnya Tentara Merah memang menang. Tapi kemenangan itu harus dibayar dengan harga yang sangat mahal. Sekitar 350 ribu prajurit Tentara Merah gugur di medan laga. Negara-buruh itu seperti kehabisan darah. Industrinya jatuh. Ia tidak lagi dapat memberi makan penduduknya. Dengan keruntuhan ekonomik dan sosial datanglah pembusukan politik. Ketika demokrasi-buruh mengalami disintegrasi, sebuah birokrasi yang baru tampil mengambilalih kekuasaan.

Masalah yang dialami negara-buruh Rusia benar-benar berat. Pada tahun 1920, produksi industrial telah jatuh menjadi 13 prosen dari level produksi tahun 1913. Kelaparan melanda kawasan pedesaan. Bahkan menurut laporan Trotsky kanibalisme terjadi di beberapa provinsi. Karena sangat sukar untuk memperoleh makanan, terjadi perpindahan besar-besaran dari kota-kota ke desa-desa. Penduduk Petrograd, kota industrial utama, jatuh dari dua setengah juta jiwa pada tahun 1917 menjadi 574 ribu jiwa pada bulan Agustus 1920. Bahkan kaum buruh yang berusaha tetap tinggal di kota-kota seringkali terlalu lemah (karena sakit dan kelaparan) untuk bekerja. Mangkir kerja mencapai 30 prosen. Wabah penyakit melanda seluruh negeri. Dalam tahun-tahun 1918-1920, 1,6 juta orang mati karena tipes, disentri, dan kolera. Lainnya, yakni 350 ribu orang, gugur di medan perang.

Pada tahun 1920-an, wajah negara-buruh Rusia telah berubah. Demokrasi-buruh berangsur lenyap, karena sebagian terbesar kaum buruh gugur dalam pertempuran atau undur ke pedesaan. Banyak pemilihan umum untuk soviet-soviet berhenti. Partai Bolshevik sendirian di tampuk kekuasaan yang sedang menghadapi sebuah negeri yang sekarat. Pada awal 1920-an partai yang berkuasa ini terbagi ke dalam berbagai faksi. Tiap-tiap faksi memiliki pandangan yang berbeda tentang bagaimana memimpin masyarakat dan membangun sosialisme. Kendati banyak kader partai berpindah ke sana ke mari di antara faksi-faksi yang bertikai, tak lama sesudah kematian Lenin pada tahun 1924 (yang jatuh sakit dan mengalami kemunduran yang sangat drastis sejak tahun 1922) ada dua pandang utama.

Joseph Stalin (1879-1953) dan orang-orang yang berkumpul di sekitarnya membentuk kekuatan yang merepresentasikan birokrasi Soviet yang sedang muncul. Kelompok Stalin berargumen bahwa Pemerintah Rusia harus melaksanakan tugas membangun “Sosialisme di dalam Satu Negeri”. Bagi mereka, “sosialisme” tidak terkait dengan demokrasi-buruh, soviet-soviet (dewan-dewan buruh), perekonomian internasional yang berkelimpahan, serta revolusi sedunia. Mereka mengaitkan sosialisme dengan monopoli kekuasaan negara di tangan birokrasi Partai Komunis. Karena itu tidak ada tempat bagi organ-organ demokrasi massa rakyat-pekerja. Mereka juga mendefinisikan sosialisme sebagai perekonomian yang dirancang dan dikontrol oleh Negara. Di tangan kekuasaan birokratik Partai Komunis, negara akan mengindustrialisasikan Rusia yang terbelakang.

Berseberangan dengan klik Stalin adalah Leon Trotsky dan orang-orang yang berhimpun di sekitarnya. Mereka adalah kekuatan yang dikenal sebagai “Oposisi Kiri” (Left Opposition). Atas desakan Lenin (sebelum kematiannya), Trotsky mulai menentang banyak kebijakan Stalin. Pada pertengahan 1920-an, program Oposisi Kiri mempunyai dua aspek yang fundamental. Pertama, demokrasi harus diteguhkan kembali di dalam Partai Bolshevik dan di dalam organisasi-organisasi massa seperti serikat-serikat buruh dan soviet-soviet. Kedua, Pemerintah Soviet harus menolak pandangan yang keliru (“Sosialisme di dalam Satu Negeri”) dan tetap mendukung perspektif yang revolusioner dan internasionalis, yakni bahwa keselamatan negara-buruh Rusia terletak pada penyebarluasan revolusi.

Pada tahun 1927 perdebatan berakhir. Perspektif revolusioner Trotsky ibarat gayung tak bersambut. Klas buruh yang kelaparan sudah mengalami demoralisasi. Mereka apatis terhadap seruan Oposisi Kiri untuk berhimpun dan mengadakan perlawanan terhadap Stalin dan birokrasinya. Sementara itu ratusan ribu oknum pengejar karir telah bergabung dengan Partai Bolshevik. Banyak di antara mereka adalah eks pejabat Tsar, yang sebelumnya telah melihat kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan di dalam birokrasi negara bila mereka mengumumkan diri sebagai “komunis”. Sekarang Partai Bolshevik alias Partai Komunis Rusia didominasi oleh unsur-unsur tersebut. Kita ingat, sekitar 350 ribu komunis sejati yang menjadi prajurit-prajurit Tentara Merah telah gugur dalam mempertahankan negara-buruh dari serangan para gembong feodal dan kapitalis. Kini kemenangan Stalin terjamin. Pada bulan November 1927 Trotsky dikeluarkan dari Partai Bolshevik.

Pada titik itu, Stalin membentuk ulang watak dan arah negara-buruh Rusia. “Pembentukan ulang” ini memiliki tiga aspek utama. Pertama, mengharamkan semua perbedaan pendapat. Kedua, melikuidasi semua bentuk demokrasi dan organisasi klas buruh. Ketiga, menurunkan standard-standard hidup klas buruh dan menghilangkan jutaan petani secara fisik. Tujuannya adalah untuk mengalihkan penggunaan sumber-sumber daya ekonomik: dari pemenuhan kebutuhan konsumsi manusia ke pembangunan industri dan militer raksasa guna menyaingi apa yang dilakukan oleh negara-negara kapitalis Barat.

Pengharaman terhadap perbedaan pendapat dimulai dengan pemecatan-pemecatan dari keanggotaan Partai Bolshevik pada tahun 1927. Kemudian membadailah penangkapan-penangkapan. Pada pertengahan 1930-an gelombang pengadilan sandiwara bermuara pada pembantaian terhadap tokoh-tokoh Bolshevik yang pernah memimpin massa-rakyat dalam Revolusi 1917. Penindasan yang sangat mengerikan juga terjadi di kam-kam kerja paksa. Pada tahun 1931, 2 juta orang digiring ke kam-kam tersebut. Pada tahun 1933, 5 juta orang. Pada tahun 1942, 15 juta orang.

Penghancuran sisa-sisa demokrasi-buruh berlangsung dengan cepat. Pada tahun 1928 kaum buruh dilarang melakukan pemogokan. Setelah tahun 1930 kaum buruh tidak lagi diperbolehkan untuk berganti pekerjaan tanpa izin negara. Serikat-serikat buruh dikebiri menjadi mainan birokratik yang dikontrol oleh negara. Pembaruan-pembaruan demokratik lainnya, yang dihasilkan oleh Revolusi 1917, dikuburkan. Sebuah rezim teror berjaya.

Pada tahun 1929, Rencana Lima Tahun pertama diintrodusir. Stalin mengumumkan tujuannya: “mengejar dan menyusul” Barat. Guna merebut kontrol atas produksi pangan, sekian juta petani dibunuh. Di kota-kota, upah kaum buruh dipotong separuh pada 1930-1937. Tingkat pertumbuhan sebesar 40 prosen diumumkan. Kedengarannya spektakular. Tapi itu tercapai melalui penghisapan yang kejam terhadap klas buruh – dengan memaksa kaum buruh untuk menghasilkan output yang lebih dengan upah yang semakin merosot.

Untuk seterusnya, seluruh poros perkembangan Rusia berubah. Lenyaplah komitmen terhadap demokrasi-buruh dan Sosialisme Internasional. Sebagai gantinya adalah sebuah birokrasi yang menyandang hak-hak istimewa, yang tergila-gila dengan perkembangan industrial dan militer guna membangun sebuah kekuasaan dunia. Di bawah Stalin, Uni Soviet menyesuaikan dirinya dengan dinamika Dunia Kapitalis. Tujuan mengalahkan Kapitalisme Internasional melalui revolusi-revolusi kaum buruh telah digantikan dengan tujuan membangun sebuah kompleks militer dan industrial modern. Itu terjadi dengan kecepatan yang luar biasa. Stalin mengekspresikan logikanya dengan jelas:

“Memperlambat langkah akan berarti tertinggal di belakang; dan mereka yang tertinggal di belakang adalah orang-orang yang kalah. Kita tidak ingin dikalahkan … Kita 50 atau 100 tahun di belakang negeri-negeri maju. Kita harus memperbaiki ketertinggalan ini dalam sepuluh tahun.”


Demikianlah, Stalin menggantikan Sosialisme Internasional dengan Kapitalisme-negara. Semua kehidupan ekonomik diletakkan di bawah tujuan untuk bersaing dengan kapitalisme Barat. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia bukanlah tujuan produksi. Alih-alih, produksi disesuaikan dengan ambisi untuk membangun pabrik-pabrik baja dan tank yang dapat menyaingi Barat. up bila membayar dengan harga yang sangat mahal. Tanpa henti Negara itu harus memperluasumber-sumber daya industrial dan militernya. Maka standard-standard hidup klas buruh secara kontinu diletakkan di bawah tujuan perluasan industrial dan militer tanpa akhir. Sebab adalah muskil untuk membangun lebih banyak pabrik dan memproduksi lebih banyak senjata kecuali kaum buruh terus-menerus menjadi pekerja-pekerja yang tak berupah.

Bagi birokrasi Stalinis, kompetisi terutama bercorak militer. Tapi, guna menyetarakan diri dengan Barat dalam persenjataan yang canggih, Rusia harus mampu menandingi pertumbuhan kapitalisme Barat di semua lini: baja, barang-barang elektronik, industri kimia, dan sebagainya. Tekanan kompetisi Dunia Kapitalis – baik militer maupun eknomik – membentuk struktur dan arah masyarakat Rusia. Dengan jalan itu Rusia direduksi menjadi suatu perekonomian yang dikuasai negara yang telah menyesuaikan dirinya dengan sistem kapitalis secara keseluruhan.

Karena alasan inilah “Uni Soviet”, sejak masa Stalin sampai dengan keruntuhannya pada tahun 1991, dapat digambarkan sebagai sesosok Kapitalisme-negara. Untuk mendefinisikan ciri-ciri kapitalisme kita bukan sekadar melihat para pengusaha perorangan yang berproduksi demi untuk keuntungan mereka sendiri. Alih-alih, kita melihat para pemilik “kapital” (sumber-sumber daya yang seharusnya berada dalam kepemilikan, kontrol, dan akses demokratik kaum buruh) menghisap para buruh yang dipaksa untuk menjual tenaga dan kemampuan mereka untuk mendapatkan nafkah. Dalam sistem kapitalis, penghisapan itu bertujuan untuk memperluas kekayaan dan kekuasaan sebuah korporasi atau negara supaya korporasi atau negara tersebut dapat mempertahankan keberadaan mereka di dalam sebuah sistem persiangan dunia.

Negara-buruh telah menjadi sesosok Kapitalisme-negara. Sosialisme Internasional digantikan dengan Sosialisme di dalam Satu Negeri. Sosialisme dari Bawah digantikan dengan Sosialisme dari Atas. Demokrasi-buruh dan dewan-dewan buruh digantikan dengan monopoli kekuasaan birokratik Partai "Komunis". Mengutip penilaian Trotsky, Revolusi telah dikhianati. *** (Bersambung…)

Disadur oleh Rudolfus Antonius dari David McNally, Socialism from Below (Chicago: International Socialist Organization, c.u. 1986) Marxism Page, http://www.anu.edu.au/polsci/marx/contemp/pamsetc/socfrombel/sfb_main.htm



Tidak ada komentar: