Selasa, 30 Juni 2020
Selasa, 23 Juni 2020
TERAWANG IBN SJAMSU: HANTU KOMUNISME
www.deviantart.com/qsy-and-acchan |
1.
Hantu Komunisme masih bergentayangan di benak sebagian orang di Pulau Melati.
2.
Hantu ini sengaja dibuat gentayangan oleh orang-orang licik, yang menemukan
titik hubung antara kepentingan ekonomi-politik mereka dan kepicikan sementara
orang dalam beragama, politik kebencian yang telah dipupuk sekitar 6 tahun
terakhir, dan kemalasan untuk membaca dan menalar kritis sejarah dan politik
tanah air.
3.
Walhasil, dalil "orang licik memanipulasi orang picik dan fanatik demi
kepentingan ekonomi-politik" terkonfirmasi berkali-kali. Saat ini,
orang-orang licik itu, yang tidak lain dari faksi2 kelas borjuis yang belum
puas dengan pembagian jatah dari jarahan singa atas "penguasaan atas
sejengkal tanah, kekayaan alam, dan penduduknya," memanfaatkan jasa
sejumlah "ulama" untuk membuat umat tercekam dengan hantu Komunisme
dan semakin membenci administrasi Jokowi, serta siap dikorbankan demi
kepentingan yang sejatinya tidak ada kaitannya dengan kepentingan umat itu
sendiri.
4.
Faksi2 borjuis yang bertikai tahu bahwa Komunisme sudah lama mati. Mungkin
sebagian dari "ulama" itu juga mengetahuinya. Tapi kenyataan bahwa
hantu Komunisme bergentayangan di benak sebagian orang (=umat) menunjukkan
perkawinan haram antara akal licik & culas di satu pihak dan kesadaran
palsu & kelumpuhan nalar kritis di pihak lain.
5.
Cekak aos, di balik bergentayangannya hantu Komunisme adalah perselisihan yang
belum kunjung berakhir di antara faksi2 borjuis atau kelas penguasa Pulau
Melati: mereka belum mencapai kata sepakat dalam pembagian kavling eksploitasi
& akumulasi kapitalis di Pulau Melati.
6.
Pertikaian ini tentu tidak lepas dari pengamatan dan campur tangan borjuasi
internasional, yang selamanya tergiur untuk turut menikmati bahkan mendominasi
kekayaan Pulau Melati. Bila perlu, sembari menggembar-gemborkan HAM &
demokrasi serta retorika tanggung jawab ekologis, mereka akan mengadudombakan
faksi2 borjuis lokal dan mengaduk-aduk masyarakat, tak peduli Pulau Melati
menjadi Afghanistan kedua, Irak kedua, Libya kedua, Suriah kedua, dst.
7.
Apakah Komunisme? Sangat boleh jadi sebagian dari "ulama" dan sekian
banyak umat bahkan rakyat Pulau Melati tidak mengerti apa yg dimaksud dengan
Komunisme. Yang ditanamkan dalam benak mereka selama ini adalah konotasi2
demagogis: Komunisme itu atheis, anti-Islam, pembantai ulama dan umat Islam,
pengkhianat negara & Pancasila, pembunuh jenderal2...
8.
Secara keseluruhan kelas borjuis Pulau Melati merasa perlu mempertahankan
hegemoni dari konotasi2 demagogis ini. Semua faksi memiliki senjata bersama
untuk menghantam gerakan2 progresif di kalangan rakyat manakala gerakan itu tiba
pada satu titik yang mengancam privilese
mereka. Saat gerakan2 progresif tersebut itu dipandang tidak atau belum
berbahaya, faksi2 borjuis akan menggunakan konotasi2 demagogis ini untuk saling
menghantam di antara mereka sendiri.
9.
Tap MPRS No XXV/1966 melarang Komunisme/Marxisme-Leninisme. Dari sini mestinya
jelas, yang dimaksud dengan Komunisme oleh Tap tsb adalah Marxisme-Leninisme,
ideologi resmi Partai-partai Komunis sedunia yang berkiblat ke Moskow atau
Peking semasa Perang Dingin.
10.
Bila Komunisme, seturut dengan Tap MPRS No XXV/1966, diartikan sebagaimana poin
9, patutlah kita jujur bertanya: bukankah Komunisme sudah kadaluwarsa? Bukankah
kegaduhan tentang Komunisme semata mengada-ada tapi masih dipercaya oleh
sebagian orang yang terlalu picik sehingga tidak mampu memfilter racun demagogi
yang merusak nalar dan hati mereka?
11.
Dalam pada itu, kegilaan ini menginsyafkan kita: kaum progresif, yang
menjunjung demokrasi seutuhnya (baik politik maupun ekonomi) belum cukup mampu
menawarkan baik wacana tandingan yang efektif, maupun wadah & kanal untuk
menampung dan menyalurkan "jeritan kaum tertindas" (yg justru
dikooptasi oleh bentuk2 agama yang fundamentalistis dan reaksioner yg pada
glirannya menguntungkan kelas borjuis itu sendiri).
12.
Kita, kaum progresif, harus bekerja lebih keras dan lebih cerdas lagi!
Langganan:
Postingan (Atom)
-
“Biasanya,” kata temanku, “para pendeta lebih dekat dengan anggota jemaatnya yang kaya daripada dengan yang miskin.” Aku mengerutkan dahi. ...
-
BUKAN FUNDAMENTALIS ISLAM, BUKAN ZIONIS KRISTEN Oleh: Rudolfus Antonius Kebencian Endemik Mengecam, memprotes, dan mengutuk agresi Israel ke...
-
Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-N...