Sabtu, 30 Mei 2020

PERGUMULAN SEORANG NABI BESAR

www.biography.com
Matius 11.2-6

Oleh: Rudolfus Antonius


Yohanes Pembaptis adalah seorang yang luar biasa. Massa rakyat (ho ochlos) menganggapnya nabi (Matius 14.5; 21.26). Gusti Yesus bahkan mengatakan bahwa Yohanes lebih dari seorang nabi (perissoteron prophêtou, 11.9). Sebab laki-laki eksentrik itu telah merintis jalan bagi Sang Mesias. 

Mewartakan bahwa Kerajaan Sorga sudah dekat, Yohanes menyerukan umat untuk bertobat, berbalik dari jalan hidup yang berdosa. Banyak orang dari Yerusalem, seluruh Yudea, dan seluruh daerah di sekitar Yordan telah menyambut positif pewartaan dan seruannya. Mengakui dosa-dosa, mereka dibaptisnya. Mereka bertobat.

Yohanes berani menempelak orang-orang Farisi dan Saduki yang datang gara-gara baptisannya. Ia tahu bahwa orang-orang itu tidak merasa perlu untuk bertobat. Mereka yakin bahwa mereka adalah anak-anak Abraham. Mereka menyangka bahwa mereka akan luput dari murka Allah. Melawan kecongkakan itu, Yohanes menyebut mereka “keturunan ular berbisa” (gennêmata echidnôn, TB-LAI: “keturunan ular beludak”, 3.7b). Ia menasihati mereka untuk menghasilkan “buah-buah yang sesuai dengan pertobatan” (3.8). Situasinya genting, sedikit saja waktu yang masih tersisa: “Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api” (3.10).

Yohanes juga tahu bahwa orang-orang Farisi dan Saduki mempersoalkan baptisannya (epi tou baptisma autou, 3.7a; TB-LAI: “untuk dibaptis olehnya”). Maka ia menandaskan bahwa ia sekadar membaptis dengan air sebagai tanda pertobatan. Tetapi, lanjutnya, Mesias (“Dia yang datang,” ho erchomenos) akan membaptis dengan Roh Kudus dan dengan api (3.11). Dalam pemahaman Yohanes, baptisan Mesias akan memisahkan orang benar dan orang fasik, yang masing-masing bermuara dalam keselamatan dan kebinasaan: “Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan” (3.12). Dengan mengatakan semuanya itu, seolah Yohanes berkata: berhadapan denganku, kamu masih memiliki kesempatan. Pilihlah kehidupan, jangan kebinasaan. Bertobatlah, jangan keraskan hatimu. Kelak nanti, berhadapan dengan Mesias, semua sudah terlambat. 

Tak lama kemudian, Yohanes Pembaptis berurusan dengan Herodes, si raja wilayah: “Tidak halal bagimu untuk memiliki Herodias!” tegornya, keras (14.4). Pasalnya, Herodias adalah isteri Filipus, saudara Herodes. Si raja wilayah merebutnya. Bukannya bertobat, Herodes malah mengambil tindakan represif. Yohanes ditangkap, dibelenggu, dan dipenjarakan (14.3; lihat 4.12).


Memahami Pekerjaan-pekerjaan Kristus

Di dalam penjara, Yohanes mendengar tentang “pekerjaan-pekerjaan Kristus” (ta erga tou Christou, 11.2). Sudah barang tentu: pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh Gusti Yesus, yang sambil njajah desa milang kori “mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan” (9.35).

Tentu Yohanes teringat perjumpaannya dengan Laki-laki Bersandal dari Nazaret itu. Yesus datang dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya (3.13). Yohanes, yang sebelumnya menempelak habis-habisan orang-orang Farisi dan Saduki karena kecongkakan mereka, ternyata sangat menyegani “anak tukang kayu” (13.55) itu. Ia berusaha menolak untuk membaptis Yesus (3.14). “Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu,” kata Yohanes kepada-Nya, “dan Engkau yang datang kepadaku?”

Menurut anggapan Yohanes, Yesus tidak perlu bertobat, mengaku dosa, dan dibaptis olehnya. Dirinyalah yang perlu bertobat, mengaku dosa, dibaptis oleh Yesus. Tapi, kita semua tahu, bahwa Yesus ngeyel, tetap meminta agar Yohanes membaptis-Nya. “Saat ini biarlah begitu (aphes arti),” kata-Nya, “karena dengan cara inilah kita menggenapi seluruh kehendak Allah (atau: seluruh kebenaran, pasan dikaiosunên), dengan sebaik-baiknya” (3.15a). Kita tidak tahu, apakah Yohanes mengerti maksud perkataan Yesus. Yang jelas, akhirnya Yohanes membaptis Yesus.

Yohanes juga teringat bahwa di hadapan orang-orang Farisi dan Saduki ia menyebut Sang Mesias, “ho erchomenos,” Dia yang akan datang. Ia tahu, Sang Mesias lebih perkasa daripada dirinya. Ia menyadari, di hadapan Sang Mesias, dirinya lebih rendah dari seorang budak (“membuka tali kasutnya pun aku tidak layak”). Ia yakin, bahwa Sang Mesias akan menegakkan “seluruh kebenaran,” yakni mengukuhkan orang benar (membaptis dengan Roh Kudus) dan membinasakan orang fasik (membaptis dengan api).

Lantas adakah hubungan antara Sang Mesias dan Yesus dari Nazaret? Apakah Laki-laki Bersandal dari Nazaret yang maksum itu adalah ho erchomenos alias Sang Mesias? Bukankah Dia berkata-kata tentang “menggenapi seluruh kebenaran”? Kalau begitu, bukankah selaku Mesias Yesus akan “membaptis dengan Roh Kudus dan dengan api,” yakni mengukuhkan orang benar dan membinasakan orang fasik? Tapi, perhatikan apa yang telah dikerjakan oleh Laki-laki Bersandal dari Nazaret itu! Sepertinya kok tidak “menggenapi seluruh kebenaran” … Tidak mengukuhkan orang benar, tidak juga membinasakan orang fasik. Salah satu “bukti”-nya: Yohanes Pembaptis malah terbelenggu dalam penjara, sementara Herodes dan Herodias yang maksiat kelihatan asyik-masyuk dan berjaya! Yohanes pun bergumul.

Kita bisa menduga bahwa setelah membaptis Yesus, Yohanes melihat “langit terbuka” (êneôcthêsan hoi ouranoi, 3.16) dan mendengar “suara dari langit” (phonê ek tôn ouranôn) yang mengatakan “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (3.17). Jika demikian, Yohanes tahu bahwa Yesus bukan sekadar seorang maksum, yang memberi isyarat yang kabur bahwa Dialah Sang Mesias (yakni dengan kata-kata “seluruh kebenaran”). Berdasarkan pernyataan eksplisit dari langit yang terbuka itu, sangat boleh jadi Yohanes tahu dan percaya bahwa Yesus adalah Sang Mesias sekaligus Hamba Yahweh. Akan tetapi situasi objektif sangat bisa mempengaruhi pikiran, perasaan, bahkan iman seseorang.

Di tengah pergumulannya, Yohanes tidak ingin terus bertanya-tanya. Ia menginginkan ketegasan. Oleh karena itu ia mengutus murid-murid-Nya kepada Gusti Yesus, untuk bertanya: “Engkaukah ‘Dia yang akan datang’ (ho erchomenos), atau kami masih harus menantikan orang lain?” (11.3). Gusti Yesus tidak menjawab secara langsung. Ia berkata kepada murid-murid Yohanes:

Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes
apa yang kamu dengar dan kamu lihat:
orang buta melihat,
orang lumpuh berjalan,
orang kusta menjadi tahir,
orang tuli mendengar,
orang mati dibangkitkan
dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.

Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku." (1.4-6)

Gusti Yesus ingin mengajak Yohanes untuk mengingat dua nubuatan dalam gulungan kitab Nabi Yesaya (Yesaya 35.5-6 [jilid 1]; 61.1 [jilid 3]). Nubuatan yang pertama berintikan kedatangan Allah dengan pembalasan dan ganjaran, yang menyelamatkan umat-Nya (Yesaya 35.4). Walhasil, “mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka… orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai” (35.5-6). Nubuatan yang kedua berintikan misi Hamba Yahweh, yang diurapi Yahweh dengan Roh-Nya “untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, merawat orang-orang yang remuk hati, memberitakan  pembebasan kepada orang-orang tawanan…” (6.1-2). Pendeknya, zaman mesianis adalah zaman tegaknya keadilan, zaman pembebasan bagi kaum miskin, tertindas, dan terpinggirkan. Zaman sudah mulai terwujud melalui praksis Laki-laki Bersandal dari Nazaret.

Di sini kita menangkap suatu perbedaan penting. Bagi Yohanes, saat kedatangan-Nya, Sang Mesias akan langsung menegakkan keadilan dan melakukan pembalasan kepada orang benar dan orang fasik. Seketika Ia akan menyelamatkan orang benar dan membinasakan orang fasik. Itulah “menggenapi seluruh kebenaran.” Tetapi menurut Gusti Yesus, “menggenapi seluruh kebenaran” dimulai dengan mewartakan kabar baik kepada kaum miskin dan mengulurkan tangan kepada mereka yang terpinggirkan. Mengutamakan kaum miskin dan tertindas, yakni mewartakan kabar baik dan mengulurkan tangan kepada mereka; itulah prioritas Sang Mesias saat ini. Menyelamatkan orang benar dan menghukum orang fasik, akan dilakukan-Nya kelak, yakni saat “Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya” (25.1). Penghakiman itu pun akan didasarkan pada sikap terhadap kaum miskin, tertindas, dan terpinggirkan, yang disebut-Nya “saudara-saudara-Ku yang paling hina” (hoi adelphoi hoi elachistoi, 25.40).

Gusti Yesus bermaksud memberikan konfirmasi kepada Yohanes bahwa memang Dialah ho erchomenos alias Sang Mesias – tapi dengan “priorias kerja” yang berbeda dengan yang dipikirkan Sang Pembaptis. Atas dasar itu, Ia berusaha menghibur Yohanes dan meneguhkan imannya: “Dan berbahagialah orang yang tidak jatuh tersandung karena Aku (hos ean mê skandalisthê en emoi, 11.6; TB-LAI: “orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku”).

Orang besar, orang biasa

Yohanes Pembaptis adalah orang besar, bahkan Gusti Yesus mengatakan “di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis” (11.11a). Totalitas pengabdiannya kepada pewartaan Kerajaan Allah dan perintiasan jalan bagi Sang Mesias luar biasa. Tapi toh ia tetap manusia biasa, yang bisa bimbang dan memiliki pemahaman yang kurang utuh tentang Sang Mesias. Syukurlah dalam kebimbangannya ia tak segan bertanya kepada orang yang tepat, yakni Gusti Yesus sendiri.

Kita beruntung memiliki pemahaman yang lebih lengkap tentang Sang Mesias. Dalam arti inilah, “yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya” (11.11b). Tapi kita pun manusia biasa, yang bisa bimbang meskipun memiliki pemahaman yang lebih memadai tentang Junjungan kita. Kita mesti rendah hati sementara terus belajar mengikut dan mengenal Sang Mesias.

Dalam pada itu, “pekerjaan-pekerjaan Mesias,” yang mengungkapkan komitmen-Nya, yakni “pilihan mengutamakan kaum miskin, tertindas, dan terpinggirkan,” kiranya menjadi agenda utama kita. Bukankah Injil atau kabar baik yang diwartakan Sang Mesias adalah Injil yang Membebaskan? Sebagai para pengikut-Nya, mari kita terus memasyhurkannya. ***


Lemah Abang, 23-27 Mei 2020

Tidak ada komentar: