Selasa, 24 Desember 2019

MINGGU ADVEN IV 2019: HINA-DINA DALAM JEJAK-JEJAK ANUGERAH

Matius 1.1-17

Oleh: Rudolfus Antonius

www.perwara.com
Trah kusuma rembesing madu. Itu yang lazimnya diharapkan dari seorang (calon) pemimpin besar. Orang luar biasa tentu keturunan orang-orang luar biasa. Tidak mungkin orang yang biasa-biasa saja, apalagi rakyat jelata, Marhaen, wong tani ndeso, atau kaum proletar… 

Syahdan Gusti Yesus juga begitu. Meski Pak Yusuf, yang dikenal orang sebagai ayahnya, itu “cuma” seorang tukang kayu (Matius 13.55), tapi beliau asli keturunan Raja Daud! Karena itu, Gusti Yesus, meski berayah seorang tukang kayu, jan-jane ya keturunan Baginda. Makanya pantes kalau Beliau bergelar Kristus, memangku jabatan Mesias … Yang Diurapi! Sebab: trah kusuma rembesing madu.

Okelah, okelah. Tapi sudihlah kiranya cermat dan jujur berakhlak. Bila kita menyimak silsilah Gusti Yesus dari garis Pak Yusuf, kita memang menemukan tokoh-tokoh besar. Sudah barang tentu: Bapa Abraham, yang lazim kita kenal sebagai bapa orang beriman. Juga: Raja Daud, raja United Kingdom of Israel, yang menurut riwayat tempo doeloe “menegakkan keadilan dan kebenaran bagi seluruh bangsanya” (2Samuel 8.15). Ada juga Raja Yosia, raja Yehuda. Riwayat mencatat beliau “melakukan apa yang benar di mata TUHAN dan hidup sama seperti Daud, bapa leluhurnya, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri” (2Raja 22.21). Rasanya wajar, bila Sosok sehebat Gusti Yesus memiliki leluhur yang hebat-hebat. Hebat imannya, hebat kariernya.

Tapi tunggu dulu. Orang-orang hebat yang barusan disebut itu pun bukan tak bermasalah. Bapa Abraham pernah ngapusi dan mengumpankan isterinya, Bunda Sara, untuk cari selamat sendiri. Raja Daud, pernah menzinahi isteri prajuritnya yang loyal, merekayasa kematian sang prajurit, lalu tampil sebagai penyantun warakawuri dengan mengawini perempuan itu. Penginjil Matius sepertinya merasa jengkel. Dia bilang: Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria (Matius 1.6). Sedangkan Raja Yosia, yang merasa sedemikian berkuasa setelah mempersatukan eks wilayah Israel Utara ke dalam wilayah kekuasaannya, menjadi jumawa dan gugur dalam peperangan melawan balatentara Mesir pimpinan Firaun Nekho.

Selain orang-orang hebat itu, ada juga yang terbilang biasa-biasa saja bahkan payah. Ada Yehuda, yang kecele menyangka menantunya sebagai PSK. Ada Yekhonya, raja yang lemah dan menjati tapol di Babel. Ada juga sederetan perempuan yang dalam kaca mata zaman (dan “hukum kekudusan” yang tertanam di benak kita) terbilang “hitam”: Tamar (yang jangan-jangan kita cap “nakal”), Rahab (yang mungkin membuat kita kurang nyaman karena ia seorang “kafir” dan PSK), Rut (yang mungkin membuat kita bergumam: perempuan “kafir” yang luar biasa), dan “istri Uria” (Bathseba, yang jangan-jangan membuat kita memakinya dalam hati: istri yang tidak setia!).

Itulah kenyataannya. Leluhur Gusti Yesus bukan orang-orang suci tanpa dosa. Mereka sama dengan kita: orang-orang berdosa. Tapi syukurlah. Di sinilah keajaibannya: Dia yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka (Matius 1.21) ternyata dilahirkan dari leluhur yang juga tak bebas dari dosa. Ada hina-dina dalam jejak-jejak anugerah! Hal ini mengajak kita merenung: (1) anugerah Allah melampaui kelemahan, keterbatasan, bahkan keberdosaan manusia; dan (2) tiada guna membangga-banggakan trah kusuma rembesing madu. Semua berlumur dosa. Semua butuh anugerah Allah.

Dengan rendah hati hendaklah kita bermegah karena satu perkara: anugerah Allah yang berlimpah-limpah atas kita semua. Selamat menikmati Adven IV! ***

Lemah Abang, 24 Desember 2019

Tidak ada komentar: