Selasa, 24 Desember 2019

REFLEKSI MALAM NATAL 2019: TERANG BERPENDAR DI MALAM PEKAT

Matius 1.18-25

Oleh: Rudolfus Antonius

picturestoriesfromthebible.wordpress.com 
Betapa hancur hati Yusuf saat itu. Maria, tunangannya, yang tak lama lagi akan menjadi isterinya, hamil. “Itu bukan hasil perbuatanku. Aku tidak melakukannya,” kata tukang kayu itu dalam hatinya. 

Memang, menurut adat-istiadat waktu itu pertunangan mengikatkan seorang perempuan dengan seorang laki-laki sebagai miliknya. Meski demikian, pertunangan adalah pertunangan, berbeda dengan perkawinan. Hanya dalam perkawinan hubungan seks diperkenankan, bukan dalam pertunangan. Yusuf tahu, dan ia tidak pernah melanggarnya.

“Hanya ada satu kemungkinan. Maria telah berselingkuh,” pikir Yusuf, menyimpulkan. Sakitlah hatinya, ia merasa dikhianati. “Sungguh tak kusangka, Maria,” gumamnya. Mendidih darahnya, sebagai laki-laki ia merasa terhina. “Siapa laki-laki jahanam itu?” geramnya.

Syahdan mereka berjumpa. Maria bilang, ia tidak pernah pindah ke lain hati. Cintanya hanya untuk Mas Yusuf seorang. Ia tidak pernah berselingkuh. “Jadi seorang laki-laki telah memperkosamu? Sebutkan siapa jahanam itu,” kata Yusuf, gusar. Maria menggeleng. Tidak ada yang telah memperkosanya. “Aku hamil dari Roh Kudus,” jawab perempuan itu. Yusuf kaget. Baginya itu jawaban yang sangat aneh. Ia tidak percaya. “Engkau telah berdusta,” tudingnya. Ia meninggalkan Maria dengan hati yang kecewa dan marah. Maria tak kuasa meyakinkannya.      

Kendati rasa kecewa dan marah menggelegak di dadanya, Yusuf tidak gelap mata. Sesungguhnya, ia orang benar (dikaios, dari tsadîq [Ibrani] TB-LAI: orang yang tulus hatinya). Seorang yang benar adalah seorang yang hidup seturut dengan Taurat Tuhan karena biasa “merenungkan Taurat itu siang dan malam” (Mazmur 1.2). 

Tapi, bukankah menurut Taurat bila seorang perempuan yang telah bertunangan atau bersuami berselingkuh ia harus dihukum mati (lihat Ulangan 22.22-24)? Kenyataannya, Yusuf tidak mau mencemarkan nama Maria di muka umum (Matius 1.19) – sesuatu yang dapat berakibat fatal bagi Maria: hukuman rajam sampai mati sudah menunggu Maria. 

Betapapun sakit dan marahnya Yusuf, ia tidak menginginkan kematian Maria, sesuatu yang baginya membuat sepenggal aturan Taurat memfasilitasi pembalasan dendam. Menghayati aturan Taurat dengan kasih – meski terluka – menggarisbawahi bahwa Yusuf adalah orang benar.

Meski demikian, Yusuf tak kuasa untuk melanjutkan pertunangan apalagi melangsungkan perkawinan dan berumahtangga dengan seorang perempuan yang … ! Maka ia pun tiba pada keputusan: “Aku akan menceraikan Maria, secara diam-diam.” Ia pun tertidur dengan hati yang berat dan pikiran yang penat. Tapi bukankah sekurang-kurangnya ia telah membuat keputusan?

Pada saat itulah Allah, melalui malaikat-Nya, mengintervensi. Dalam sebuah mimpi, Yusuf beroleh klarifikasi: Maria tidak pernah mengkhianatinya. Ia juga tidak pernah diperkosa. Ia telah berkata sejujurnya: Ia hamil dari Roh Kudus. Itu berarti kehamilannya adalah sebuah mukjizat, dan ia akan melahirkan Sang Terjanji. Karena itu, Yusuf tidak perlu memutuskan hubungannya dengan Maria. Lalu? Yusuf harus menjadi suami bagi “yang terberkati di antara para wanita” dan menjadi ayah bagi “Sang Terjanji.”

Ini sama sekali tidak mudah. Risikonya juga sangat besar. Ada harga yang harus dibayar. Tengoklah kisah selanjutnya, manakala ia harus bertarung dengan waktu mengungsikan Maria dan Yesus tatkala kaki-tangan Herodes mengadakan sweeping di Betlehem untuk mengejar Anak itu (Matius 2.13-14). Renungkanlah rasa tanggung jawabnya yang besar manakala sekembalinya dari Mesir ia membawa istri dan Anaknya ke Nazaret untuk menetap di sana (2.22-23).

O, Yusuf yang budiman! Engkau orang benar! Di dalam dirimu terpatri ketekunan, ketabahan. Tekun mengemban amanat, tabah menjalani lika-likunya jalan kasih kepada Allah dan welas asih kepada sesama. Engkau ibarat setitik bintang terang di pekatnya malam. Engkau ibarat kunang-kunang yang memendarkan cahaya ketika malam mengurung lahan pertanian dengan kegelapan. Melalui engkau wahai terang yang kecil, Terang yang Besar datang untuk menyinari seluruh dunia!

Selamat mengarungi keheningan Malam Natal sembari menyediakan diri untuk menjadi terang yang berpendar di malam yang pekat! 

Terpujilah Allah! 


Lemah Abang, 24 Desember 2019

Tidak ada komentar: