Matius 1.18-25
Oleh: Rudolfus
Antonius
picturestoriesfromthebible.wordpress.com |
Betapa hancur hati Yusuf saat
itu. Maria, tunangannya, yang tak lama lagi akan menjadi isterinya, hamil. “Itu
bukan hasil perbuatanku. Aku tidak melakukannya,” kata tukang kayu itu dalam
hatinya.
Memang, menurut adat-istiadat waktu itu pertunangan mengikatkan
seorang perempuan dengan seorang laki-laki sebagai miliknya. Meski demikian,
pertunangan adalah pertunangan, berbeda dengan perkawinan. Hanya dalam
perkawinan hubungan seks diperkenankan, bukan dalam pertunangan. Yusuf tahu,
dan ia tidak pernah melanggarnya.
“Hanya ada satu kemungkinan.
Maria telah berselingkuh,” pikir Yusuf, menyimpulkan. Sakitlah hatinya, ia
merasa dikhianati. “Sungguh tak kusangka, Maria,” gumamnya. Mendidih darahnya,
sebagai laki-laki ia merasa terhina. “Siapa laki-laki jahanam itu?” geramnya.
Syahdan mereka berjumpa. Maria
bilang, ia tidak pernah pindah ke lain hati. Cintanya hanya untuk Mas Yusuf
seorang. Ia tidak pernah berselingkuh. “Jadi seorang laki-laki telah
memperkosamu? Sebutkan siapa jahanam itu,” kata Yusuf, gusar. Maria menggeleng.
Tidak ada yang telah memperkosanya. “Aku hamil dari Roh Kudus,” jawab perempuan
itu. Yusuf kaget. Baginya itu jawaban yang sangat aneh. Ia tidak percaya. “Engkau
telah berdusta,” tudingnya. Ia meninggalkan Maria dengan hati yang kecewa dan
marah. Maria tak kuasa meyakinkannya.
Kendati rasa kecewa dan marah
menggelegak di dadanya, Yusuf tidak gelap mata. Sesungguhnya, ia orang benar (dikaios, dari tsadîq [Ibrani] TB-LAI: orang yang tulus hatinya). Seorang yang
benar adalah seorang yang hidup seturut dengan Taurat Tuhan karena biasa “merenungkan
Taurat itu siang dan malam” (Mazmur 1.2).
Tapi, bukankah menurut Taurat bila
seorang perempuan yang telah bertunangan atau bersuami berselingkuh ia harus
dihukum mati (lihat Ulangan 22.22-24)? Kenyataannya, Yusuf tidak mau
mencemarkan nama Maria di muka umum (Matius 1.19) – sesuatu yang dapat berakibat
fatal bagi Maria: hukuman rajam sampai mati sudah menunggu Maria.
Betapapun
sakit dan marahnya Yusuf, ia tidak menginginkan kematian Maria, sesuatu yang
baginya membuat sepenggal aturan Taurat memfasilitasi pembalasan dendam.
Menghayati aturan Taurat dengan kasih – meski terluka – menggarisbawahi bahwa
Yusuf adalah orang benar.
Meski demikian, Yusuf tak kuasa
untuk melanjutkan pertunangan apalagi melangsungkan perkawinan dan
berumahtangga dengan seorang perempuan yang … ! Maka ia pun tiba pada
keputusan: “Aku akan menceraikan Maria, secara diam-diam.” Ia pun tertidur
dengan hati yang berat dan pikiran yang penat. Tapi bukankah sekurang-kurangnya
ia telah membuat keputusan?
Pada saat itulah Allah, melalui
malaikat-Nya, mengintervensi. Dalam sebuah mimpi, Yusuf beroleh klarifikasi:
Maria tidak pernah mengkhianatinya. Ia juga tidak pernah diperkosa. Ia telah
berkata sejujurnya: Ia hamil dari Roh Kudus. Itu berarti kehamilannya adalah
sebuah mukjizat, dan ia akan melahirkan Sang Terjanji. Karena itu, Yusuf tidak
perlu memutuskan hubungannya dengan Maria. Lalu? Yusuf harus menjadi suami bagi
“yang terberkati di antara para wanita” dan menjadi ayah bagi “Sang Terjanji.”
Ini sama sekali tidak mudah.
Risikonya juga sangat besar. Ada
harga yang harus dibayar. Tengoklah kisah selanjutnya, manakala ia harus
bertarung dengan waktu mengungsikan Maria dan Yesus tatkala kaki-tangan Herodes
mengadakan sweeping di Betlehem untuk
mengejar Anak itu (Matius 2.13-14). Renungkanlah rasa tanggung jawabnya yang
besar manakala sekembalinya dari Mesir ia membawa istri dan Anaknya ke Nazaret
untuk menetap di sana (2.22-23).
O, Yusuf yang budiman! Engkau
orang benar! Di dalam dirimu terpatri ketekunan, ketabahan. Tekun mengemban
amanat, tabah menjalani lika-likunya jalan kasih kepada Allah dan welas asih
kepada sesama. Engkau ibarat setitik bintang terang di pekatnya malam. Engkau
ibarat kunang-kunang yang memendarkan cahaya ketika malam mengurung lahan
pertanian dengan kegelapan. Melalui engkau wahai terang yang kecil, Terang yang
Besar datang untuk menyinari seluruh dunia!
Selamat mengarungi keheningan
Malam Natal sembari menyediakan diri untuk menjadi terang yang berpendar di
malam yang pekat!
Terpujilah Allah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar