Kamis, 26 Desember 2019

REFLEKSI NATAL 2019: YANG TERJANJI YANG MENJADI

Matius 2.1-12

Oleh: Rudolfus Antonius


www.churchofjesuschrist.org
Orang-orang Majus telah tiba di Yerusalem. Mereka datang dari Timur. Di sana mereka telah  melihat Bintang, yang mereka baca sebagai sebuah pertanda bahwa seorang raja baru telah lahir. Raja orang Yahudi! Bertolak dari tanah air, mereka menempuh jarak beribu kilometer.

Akal sehat mengantar mereka ke Yerusalem, pusat pemerintahan Yudea, negeri orang Yahudi. Tentulah raja yang baru lahir itu dilahirkan di ibukota negara dan terbaring nyaman di dalam istana nan megah, begitu pikir mereka. Mereka pun menghadap Herodes, raja Yudea. Tentu raja yang baru lahir itu adalah putera mahkota Raja Herodes, kata mereka saling berpandangan sembari melempar senyum gembira.  

Para Majus kemudian mengemukakan maksud kedatangan mereka. “Di manakah Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami datang untuk menyembah Dia,” kata mereka. Mendengar itu, Herodes menjadi resah (etarachthê, dari tarassô; TB2-LAI: terkejut). Demikian pula seluruh Yerusalem. Geger.

Bagi Herodes, ini sangat serius. Apa pasal? Pertama, saat ini dialah raja orang Yahudi. Kedua, ia dapat memastikan tidak ada “raja yang baru lahir” apalagi “raja orang Yahudi” di lingkungan istananya. Ketiga, ia menduga bahwa jangan-jangan yang dimaksud dengan “raja orang Yahudi” yang baru dilahirkan itu adalah Mesias, Raja yang Diurapi Yahweh, ilah Israel. Padahal, Herodes menjadi raja tanpa urapan Yahweh!

Herodes pun segera menyimpulkan: bila info para Majus benar, berarti kekuasaannya ada dalam bahaya besar. Betapa tidak! Seorang pengincar atau perebut takhta baru saja dilahirkan. Seorang rival bahkan musuh besar yang kelak akan menggulingkannya dari takhta kekuasaan dan menjadi raja menggantikan dirinya! Musuh besar yang justru akan dipuja oleh seluruh rakyat!  

Ngomong-ngomong, siapa sih orang-orang Majus (magoi) itu? Ho-ho-ho, boleh jadi mereka para penganut bahkan pemuka ajaran Zoroaster dari Persia. Kaum Majusi. Mungkin juga mereka adalah ahli-ahli nujum. Bukankah mereka “membaca” Bintang dan menyimpulkannya sebagai wahyu keprabon? Bisa juga dua-duanya: Kaum Majusi sekaligus ahli-ahli nujum. Pendeknya, mereka “kafir.” Tapi bagaimana bila nujuman mereka benar?

Herodes tak mau ambil risiko. Ia bertindak cepat. Ia segera mengumpulkan “para imam kepala dan ahli-ahli Taurat bangsa Yahudi.” Ya, para pemuka Agama dan sarjana-sarjana Kitab Suci bangsa Yahudi. Pendeknya, para ulama (=kaum berilmu) dari kalangan kaum beriman. Herodes ingin mengkonfirmasi (atau mengkonfrontir) nujuman tersebut dengan nubuatan dari Kitab Suci. “Di mana Mesias akan dilahirkan?” tanya Herodes kepada para ulama Yahudi.

“Di Betlehem di tanah Yudea,” jawab mereka, serempak. “Sebab,” sambung mereka, “demikianlah tertulis dalam kitab nabi (Mikha 5.1): Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari engkaulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel.”  
  
Mendengar itu, Herodes segera menyimpulkan: celaka, nujuman para Majusi itu ternyata terkonfirmasi oleh nubuatan Nabi! Berusaha tenang, Herodes mengadakan pertemuan tertutup dengan para Majus. Dengan teliti ia menanyakan kapan bintang itu tampak. Ho-ho, ia berusaha memperkirakan usia raja Yahudi yang baru dilahirkan itu. Berdasarkan keterangan para Majus itu, ia menyimpulkan bahwa usia raja baru tersebut tidak lebih dari dua tahun… (lihat Matius 2.16).

Rupanya Herodes memberitahu mereka bahwa “raja orang Yahudi” itu dilahirkan di Betlehem. Tentu bukan tanpa tujuan. Sebab kemudian ia menyuruh mereka ke sana untuk menemukan Dia, lalu kembali kepadanya untuk memberitahukan di mana raja yang baru dilahirkan itu berada. “Supaya aku pun datang menyembah Dia,” katanya, culas.

Para Majus pun bergegas ke Betlehem. Ajaib, Bintang yang telah mereka lihat di Timur itu kini terlihat lagi. Berdasarkan panduan Bintang itu, yang “mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada,” akhirnya mereka menemukan “raja orang Yahudi” yang baru dilahirkan itu. Di rumah rakyat jelata, bukan di istana raja!

Mereka masuk ke dalam rumah itu. Mereka melihat seorang anak laki-laki bersama seorang perempuan. Yesus dan Maria, ibu-Nya. Sangat bersahaja. Tapi mata para “pembaca Bintang” cukup awas untuk “melihat” kemuliaan Sang Anak. Kemuliaan Raja orang Yahudi, Sosok yang mereka cari selama ini. Dua tahun sudah mereka mengembara, akhirnya bersua pula dengan Yang Didamba! Pencarian panjang yang bermuara dalam saat yang mulia dan bahagia.

Betapa para Majus bersukacita. Mereka sujud menyembah Anak itu. Mereka juga mempersembahkan kepada-Nya mas, dupa, dan mur – yang telah mereka siapkan dan bawa khusus untuk diri-Nya. Suatu persembahan bagi Paduka yang Mulia, yang bersemayam dalam kesederhanaan! Sebuah liturgi berunsur dua, yakni penyembahan dan persembahan, yang menjadi puncak dari pencarian yang panjang! Pencarian yang dilakukan oleh orang-orang yang biasa diberi label “kafir” oleh orang-orang yang merasa beriman kepada Allah!

Di lain pihak, Herodes yang resah agaknya sangat menyesal karena telah melepas para Majus tanpa pengawalan tentaranya. Sekarang ia harus menunggu mereka kembali – suatu hal yang tidak akan terjadi, karena para Majus itu bertolak pulang ke negeri mereka melalui jalan lain. Sesungguhnya, will to power telah merasuki dirinya. 

Sementara itu, para ulama Yahudi di Yerusalem, yang barusan membaca nubuatan Nabi tentang Yang Terjanji, tetap asyik dengan kemapanan mereka. Mereka tak peduli bahwa Yang Terjanji telah Menjadi. Ironis. Orang-orang yang mereka tuding sebagai kafirlah yang mengalami betapa Yang Terjanji adalah Yang Menjadi!

Jelas, kelahiran Gusti Yesus, Sang Terjanji itu, telah membangkitkan berbagai tanggapan:

Pertama, liturgi sukacita para “kafir.

Kedua, keresahan para pemuja will to power.

Ketiga, sikap acuh tak acuh “kaum beriman” yang belum merasa terusik apalagi resah senyampang Sang Anak belum menggelar sebuah gerakan yang akan menantang status quo sehebat-hebatnya!  



Selamat Natal!

Lemah Abang, 25-26 Desember 2019

Tidak ada komentar: