Selasa, 17 Maret 2020

PRA-PASKAH III 2020: TERGERAKLAH HATI-NYA OLEH BELAS KASIHAN

www.saoshawa.ca
Matius 9.35-38

Rudolfus Antonius


Jajah desa milang kori, menjelajahi desa dan kota. Itulah yang dilakukan Gusti Yesus. Bukan luntang-lantung tanpa tujuan. Dalam penjelajahan-Nya, Gusti Yesus “mengajar di rumah-rumah ibadat mereka, memberitakan Injil Kerajaan, dan melenyapkan segala penyakit dan kelemahan” (Matius 9.35).

Gusti Yesus mengajar (didaskein) sebagai orang yang datang untuk menggenapi Taurat dan Nabi-nabi (5.17), yang menerobos ke balik batasan-batasan huruf guna mengungkap jiwa dan semangatnya (5.21-48), serta mengemukakan maknanya dengan kewibawaan yang tidak dimiliki oleh para “ahli Taurat mereka” (7.29).

Gusti Yesus memberitakan atau mengkhotbahkan Injil Kerajaan. Sementara Yohanes Pembaptis berkhotbah di pusat (Yudea, 3.1, 5-6), Gusti Yesus di pinggiran (Galilea, 4.12-17). Di pinggiran ini Ia berjumpa dengan "bangsa yang diam dalam kegelapan" (4.15), orang Yahudi yang dianggap tidak murni karena bercampur-baur dengan bangsa-bangsa lain. Orang Yahudi pinggiran! Gusti Yesus memberitakan Kabar Baik kepada kaum yang secara rasial dan keagamaan dianggap pinggiran!

Gusti Yesus melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Ia menghubungkan kedatangan Kerajaan Sorga dengan tindakan-tindakan yang mengutamakan mereka yang menderita sengsara. Ia "melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu (4.23). Dalam pewartaan-Nya, kedatangan Kerajaan Allah menjadi kabar baik atau berita gembira bagi mereka yang dianggap terbuang dari hadapan Allah, kena tulah berupa sakit-penyakit dan diserahkan kepada setan-setan (lihat Matius 8-9). Melalui Gusti Yesus, Allah merangkul orang-orang yang oleh pandangan agama yang mapan dianggap sebagai orang-orang buangan!

Jajah desa milang kori mempertemukan Gusti Yesus dengan massa rakyat (ochlos, orang banyak). Ia melihat mereka "lelah dan telantar, seperti domba yg tidak bergembala" (9.36). Mereka lelah (eskulmenoi): susah, resah, dan gamang. Mereka telantar (errimmenoi): keleleran, kapiran. Mereka seperti "kawanan domba yang tidak mempunyai gembala" (probata echonta poimena)

Berjumpa dengan massa rakyat yang terlunta-lunta itu, "tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan." Kata yang diterjemahkan dengan "tergerak oleh belas kasihan" (splanknizomai, yang muncul pula dalam Mat 14.14; 15.32; 18.27; 20.34), membayangkan suasana hati yang kuat: hati merasakan penderitaan orang lain sebagai penderitaan sendiri. Perasaan turut menderita ini mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu untuk menolong sesama yg dijumpainya sedang menderita.

Merasakan penderitaan massa rakyat, Gusti Yesus berbagi dengan murid-murid-Nya. "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit," kata-Nya (9.37). Ia tahu, massa rakyat tidak seharusnya susah dan kapiran. Ia tahu, mereka perlu dibebaskan dari keadaan itu. Ia tahu, agar pembebasan itu dimungkinkan, harus ada tangan-tangan yang terulur. Tapi massa rakyat begitu banyak! Karena itu, sambung-Nya, "Mintalah kepada yang empunya tuaian supaya ia mengirimkan para pekerja kepada tuaian itu" (9.38).

Gusti Yesus tahu persis bahwa Allah, "tuan yang empunya tuaian itu," mempedulikan massa yang terlunta-lunta. Dalam pada itu Ia menyadari bahwa kepedulian Allah kepada manusia (juga alam) melibatkan manusia juga. Dengan kata lain: perlu banyak orang yang berbelarasa dan siap mengulurkan tangan kepada massa rakyat!

Tak lama berselang, Gusti Yesus memanggil 12 orang murid (10.1). Tujuannya jelas: mengutus  mereka dalam karya pembebasan massa rakyat yang terlunta-lunta. “Pergilah kepada domba-domba yang terhilang dari Keluarga Israel,” kata-Nya kepada mereka (10.5). Amanat-Nya: “Beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat” (10.7). Tanda bahwa Kerajaan itu sudah dekat,  murid-murid menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, mentahirkan orang kusta, & mengusir setan2 (10.8). Untuk itu, Gusti Yesus “memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir setan serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan” (10.1).

Membebaskan massa rakyat bukanlah perkara heroisme individual. Membebaskan massa rakyat adalah kerja banyak orang yang dipersatukan dengan jiwa dan semangat yang sama. Kepedulian Allah tidak saja dinyatakan melalui Gusti Yesus. Belarasa ilahi juga diungkapkan melalui keterlibatan orang-orang yang bergabung dengan Laki-laki Bersandal itu: murid-murid-Nya. Mereka adalah utusan-utusan Allah demi misi pembebasan melalui pemberitaan Injil Kerajaan.

Hingga saat ini, Gusti Yesus tetap merasakan penderitaan mereka yang sengsara dan kapiran: orang-orang yang dimelaratkan oleh pembangunan ekonomi yang eksploitatif, orang-orang yang dipaksa menyaksikan hutan-hutan yang ratusan tahun mereka keramatkan dihancurkan oleh perusahaan-perusahaan pertambangan dan perkebunan, orang-orang yang didiskriminasikan karena ras dan/atau agama, orang-orang yang dianggap najis karena memiliki orientasi seksual yang berbeda. Mereka membutuhkan Kabar Baik yang Membebaskan.

Sekarang pun Gusti Yesus tetap mengajak, memperlengkapi, dan mengutus murid-murid-Nya: kita. Dipersatukan di dalam gereja-Nya dan dipenuhi dengan Roh-Nya, kita diajak untuk (1) berjumpa dan berbelarasa mereka yang sengsara dan kapiran, (2) diperlengkapi dengan kuasa, hikmat, pengetahuan, dan keterampilan, serta (3) diutus-Nya untuk mengerjakan misi pembebasan. ***


Perbatasan, jelang Minggu Transfigurasi 2020.

Tidak ada komentar: