www.saoshawa.ca |
Matius
9.35-38
Rudolfus Antonius
Jajah desa milang kori, menjelajahi desa dan kota. Itulah yang dilakukan
Gusti Yesus. Bukan luntang-lantung tanpa tujuan. Dalam penjelajahan-Nya, Gusti
Yesus “mengajar di rumah-rumah ibadat mereka,
memberitakan Injil Kerajaan, dan melenyapkan segala penyakit dan kelemahan”
(Matius 9.35).
Gusti
Yesus mengajar (didaskein) sebagai orang yang datang untuk menggenapi Taurat dan
Nabi-nabi (5.17), yang menerobos ke balik batasan-batasan huruf guna mengungkap
jiwa dan semangatnya (5.21-48), serta mengemukakan maknanya dengan kewibawaan
yang tidak dimiliki oleh para “ahli Taurat mereka”
(7.29).
Gusti
Yesus memberitakan atau mengkhotbahkan Injil Kerajaan. Sementara Yohanes Pembaptis
berkhotbah di pusat (Yudea, 3.1, 5-6), Gusti Yesus di pinggiran (Galilea,
4.12-17). Di pinggiran ini Ia berjumpa dengan "bangsa yang diam dalam
kegelapan" (4.15), orang Yahudi yang dianggap tidak murni karena
bercampur-baur dengan bangsa-bangsa lain. Orang Yahudi pinggiran! Gusti Yesus memberitakan
Kabar Baik kepada kaum yang secara rasial dan keagamaan dianggap pinggiran!
Gusti
Yesus melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Ia menghubungkan kedatangan
Kerajaan Sorga dengan tindakan-tindakan yang mengutamakan mereka yang menderita
sengsara. Ia "melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa
itu (4.23). Dalam pewartaan-Nya, kedatangan Kerajaan Allah menjadi kabar baik
atau berita gembira bagi mereka yang dianggap terbuang dari hadapan Allah, kena
tulah berupa sakit-penyakit dan diserahkan kepada setan-setan (lihat Matius
8-9). Melalui Gusti Yesus, Allah merangkul orang-orang yang oleh pandangan
agama yang mapan dianggap sebagai orang-orang buangan!
Jajah desa milang kori mempertemukan Gusti Yesus dengan massa rakyat (ochlos, orang banyak). Ia melihat mereka
"lelah dan telantar, seperti domba yg tidak bergembala" (9.36).
Mereka lelah (eskulmenoi): susah,
resah, dan gamang. Mereka telantar (errimmenoi):
keleleran, kapiran. Mereka seperti "kawanan domba yang tidak mempunyai
gembala" (probata echonta poimena).
Berjumpa dengan massa rakyat yang terlunta-lunta itu, "tergeraklah hati
Yesus oleh belas kasihan." Kata yang diterjemahkan dengan "tergerak
oleh belas kasihan" (splanknizomai,
yang muncul pula dalam Mat 14.14; 15.32; 18.27; 20.34), membayangkan suasana
hati yang kuat: hati merasakan penderitaan orang lain sebagai penderitaan
sendiri. Perasaan turut menderita ini mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu untuk menolong sesama yg dijumpainya sedang menderita.
Merasakan
penderitaan massa rakyat, Gusti Yesus berbagi dengan murid-murid-Nya.
"Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit," kata-Nya (9.37). Ia
tahu, massa rakyat tidak seharusnya susah dan kapiran. Ia tahu, mereka perlu
dibebaskan dari keadaan itu. Ia tahu, agar pembebasan itu dimungkinkan, harus ada
tangan-tangan yang terulur. Tapi massa rakyat begitu banyak! Karena itu,
sambung-Nya, "Mintalah kepada yang empunya tuaian supaya ia mengirimkan
para pekerja kepada tuaian itu" (9.38).
Gusti
Yesus tahu persis bahwa Allah, "tuan yang empunya tuaian itu,"
mempedulikan massa yang terlunta-lunta. Dalam pada itu Ia menyadari bahwa kepedulian
Allah kepada manusia (juga alam) melibatkan manusia juga. Dengan kata lain: perlu
banyak orang yang berbelarasa dan siap mengulurkan tangan kepada massa rakyat!
Tak
lama berselang, Gusti Yesus memanggil 12 orang murid (10.1). Tujuannya jelas:
mengutus mereka dalam karya pembebasan
massa rakyat yang terlunta-lunta. “Pergilah kepada domba-domba yang terhilang
dari Keluarga Israel,” kata-Nya kepada mereka (10.5). Amanat-Nya: “Beritakanlah:
Kerajaan Sorga sudah dekat” (10.7). Tanda bahwa Kerajaan itu sudah dekat, murid-murid menyembuhkan orang sakit,
membangkitkan orang mati, mentahirkan orang kusta, & mengusir setan2
(10.8). Untuk itu, Gusti Yesus “memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir
setan serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan” (10.1).
Membebaskan
massa rakyat bukanlah perkara heroisme individual. Membebaskan massa rakyat
adalah kerja banyak orang yang dipersatukan dengan jiwa dan semangat yang sama.
Kepedulian Allah tidak saja dinyatakan melalui Gusti Yesus. Belarasa ilahi juga
diungkapkan melalui keterlibatan orang-orang yang bergabung dengan Laki-laki
Bersandal itu: murid-murid-Nya. Mereka adalah utusan-utusan Allah demi misi
pembebasan melalui pemberitaan Injil Kerajaan.
Hingga
saat ini, Gusti Yesus tetap merasakan penderitaan mereka yang sengsara dan
kapiran: orang-orang yang dimelaratkan oleh pembangunan ekonomi yang
eksploitatif, orang-orang yang dipaksa menyaksikan hutan-hutan yang ratusan
tahun mereka keramatkan dihancurkan oleh perusahaan-perusahaan pertambangan dan
perkebunan, orang-orang yang didiskriminasikan karena ras dan/atau agama, orang-orang
yang dianggap najis karena memiliki orientasi seksual yang berbeda. Mereka
membutuhkan Kabar Baik yang Membebaskan.
Sekarang
pun Gusti Yesus tetap mengajak, memperlengkapi, dan mengutus murid-murid-Nya:
kita. Dipersatukan di dalam gereja-Nya dan dipenuhi dengan Roh-Nya, kita diajak
untuk (1) berjumpa dan berbelarasa mereka yang sengsara dan kapiran, (2)
diperlengkapi dengan kuasa, hikmat, pengetahuan, dan keterampilan, serta (3)
diutus-Nya untuk mengerjakan misi pembebasan. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar