havenlight.com |
Matius 26.36-46
Rudolfus
Antonius
Laki-laki
Bersandal itu tahu apa yang akan dilakukan para murid kepada-Nya. Yudas akan
menyerahkan-Nya kepada para penguasa Yahudi (Matius 26.21, 25). Simon Petrus
akan menyangkal-Nya bahkan sampai tiga kali (26.34). Murid-murid yang lain akan
meninggalkan diri-Nya (26.31). Ia mengerti bahwa semua itu adalah tikungan-tikungan
dari jalan panjang berliku menuju pemenuhan misi besar yang diamanatkan Allah
kepada-Nya: Menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka (1.21).
Bagaimana
Yesus akan menyelamatkan umat Allah dari dosa-dosa mereka?
Dalam
perjalanan menuju Yerusalem Yesus pernah berkata bahwa Anak Manusia datang
bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya sebagai
"tebusan pengganti" (lutron
anti) banyak orang (20.28). Penyelamatan adalah penebusan melalui
kematian-Nya sendiri!
Baru
saja, yakni dalam Perjamuan Paskah (yang merayakan pembebasan orang Israel dari
perbudakan di Mesir), Ia menyatakan bahwa darah-Nya adalah darah perjanjian
yang sedang dicurahkan demi pengampunan dosa bagi banyak orang (26.31). Darah
yang dicurahkan sama dengan nyawa yang diserahkan. Penyelamatan adalah pengampunan dosa melalui kematian-Nya sendiri!
Kita
teringat sebuah peristiwa di Gunung Sinai. Yahweh, yang mewahyukan diri sebagai
Allah Israel, telah membawa keluar orang Israel dari Mesir, "rumah perbudakan" itu
(Keluaran 20.2). Sebagai Allah Israel, Yahweh menitahkan prinsip dan cara hidup
sebagai umat-Nya kepada orang Israel. Musa menuliskannya dalam Kitab
Perjanjian, yg terdiri dari Dasa Titah (20.1-17) dan aplikasinya dalam ritus
dan kehidupan orang Israel (20.22-23.33). Kemudian ia membacakannya kepada
jamaah Israel (24.7a). Respon orang Israel: semua yang telah difirmankan Yahweh
akan kami lakukan dan dengarkan (24.7b). Kemudian Musa mengambil darah dari
lembu-lembu jantan yang telah dipersembahkan sebagai kurban keselamatan kepada
Yahweh (24.5). Ia memercikkan (zâraq)
darah itu kepada mereka seraya berkata: "Inilah darah perjanjian (dam-habrît) yang diadakan Yahweh dengan
kamu, berdasarkan segala firman ini" (24.8). Dengan jalan itu semua orang
Israel terhisab dalam Perjanjian Yahweh. Mereka menjadi satu umat, yakni umat
Yahweh.
Dengan
menyebut darah-Nya sebagai "darah perjanjian-Ku" (tou haima mou tês diathêkês) Yesus menekankan bahwa melalui
kematian-Nya "banyak orang" akan terhisab dalam Perjanjian. Mereka
akan menjadi satu umat, yakni umat Yahweh atau umat Allah: Israel yang Baru,
yang bukan saja terdiri dari "anak2 Kerajaan" (orang Yahudi), tapi
juga "segala bangsa" (pas ho ethnos, Mat 28.19), dari Timur dan Barat
(8.11). Jelas, penyelamatan mencakup partisipasi banyak orang dalam Perjanjian
yang membuat mereka menjadi satu umat.
Demikianlah: Misi
penyelamatan yang diemban Yesus meliputi penebusan, pengampunan dosa, dan
penciptaan Israel yang Baru. Itu tercapai melalui kematian-Nya! Paradoks,
tentu: keselamatan banyak orang (=umat Allah) melalui kematian Yesus. Dalam
pada itu, kematian Yesus melibatkan banyak "tangan" penguasa selain
"ulah" Yudas, Petrus, dan murid-murid lainnya. Berdasarkan konflik-konflik
dengan para pemuka agama dan penguasa Yahudi, Yesus sudah mengantisipasi bahwa
kematian-Nya akan melibatkan para tua-tua, imam-imam kepala, dan ahli-ahli
Taurat, bahkan "bangsa-bangsa" (ho
ethnos). Ia akan diserahkan, menanggung banyak penderitaan, dijatuhi
hukuman mati, dinista, dicambuki, dan dibunuh dengan cara disalibkan (16.21;
17.22-23; 20.18-19; 26.2). Yesus mengerti bahwa Ia harus (dei, 16.21)
mengalami semua itu. Misi "menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa
mereka" harus menempuh jalan
berliku yang di dalamnya dosa unjuk diri dalam pengkhianatan, kebohongan,
dengki, kemunafikan, dan kekerasan yang masif. Sang Penyelamat adalah korban
dosa dan kurban tebusan sekaligus!
Laki-laki
Bersandal itu sempat diliputi kesedihan yang amat sangat (26.38). Sangat bisa
dimengerti. Tapi Ia tahu persis, itulah kehendak Bapa-Nya. Itulah
"cawan" yang telah disediakan bagi-Nya, dan Ia harus menerimanya.
Suatu misteri besar, tentu. Dalam gamang, sampai tiga kali Ia coba
"menawar" keharusan itu.
Menyebut
Allah “Bapa-Ku” (alih-alih “Bapa kami,” 6.9), pertama-tama Ia berkata, “Jika
mungkin, lewatkanlah cawan ini daripada-Ku” (parelthatô ap’ emou to potêrion touto, 26.39a; TB2-LAI: “Jikalau
sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu daripada-Ku”). Tapi Ia segera
menyambungnya dengan kata-kata, “Namun jangan sebagaimana yang Aku kehendaki,
melainkan sebagaimana yang Kau [kehendaki]” (plên ouch hôs egô thelô all hôs su, 26.39b).
Kali
kedua, juga dengan menyebut Allah “Bapa-Ku,” Ia berkata, “Jika cawan ini tidak
mungkin lewat daripada-Ku kecuali Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu” (ei ou dunatai touto to potêrion parelthein
ap’ emou, ean mê auto piô, genêthetô to
thêlema sou, 26.42). Kali ketiga Ia mengucapkan doa itu lagi.
Kita
tahu, Dia mengajar para murid berdoa, "Bapa kami yang di sorga, .. jadilah
kehendak-Mu sebagaimana di dalam sorga demikianlah di atas bumi " (Pater hêmôn ho en tois ouranois … genêthêtô to thelêma sou, hôs en ouranô
kai epi gês, 6.9, 10). Pada momen kritis itu akhirnya berketetapan hati
untuk menerima yang “harus” (dei),
yakni kehendak Allah, atas diri-Nya: genêthetô
to thêlema sou.
Ia
memutuskan untuk "meminum cawan" itu, yakni menjalani sampai tuntas
segala penderitaan yang didatangkan oleh kelemahan karakter para murid dan
angkara-murka para penguasa. Ia meneguhkan hati untuk diserahkan kepada
manusia2 berdosa! Sebagaimana pernah dikatakan-Nya: “Anak Manusia akan
diserahkan ke dalam tangan manusia” (ho
huios tou anthrôpou paradidosthai
eis cheiras anthrôpôn, 17.22) dan “… dua hari lagi akan dirayakan Paskah,
maka Anak Manusia akan diserahkan untuk disalibkan” (duo hêmeras to pascha ginetai, kai ho huios tou anthrôpou paradidotai eis to staurôthênai, 26.2).
Yesus
menegakkan kepala untuk memasuki suatu situasi mengerikan, yakni dijadikan
bulan-bulanan secara fisik dan mental oleh sesamanya, hingga di satu titik di
mana Ia sempat tidak dapat merasakan kehadiran Allah (27.46) … Laki-laki Bersandal itu telah menang sejak Ia
memutuskan untuk ditenggelamkan di samudera penderitaan hingga ke
dasar-dasarnya yang paling dalam!
Lemah
Abang, 9-10 April 2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar