www.oneforisrael.org |
Rudolfus Antonius
Saya bukan orang pandai, bukan pula orang saleh. Tidak bermaksud menggurui, apalagi menghakimi, moga refleksi ini ada gunanya.
1. Sains beroperasi di wilayah fakta. Alatnya: metode ilmiah. Cara kerjanya: observasi, hipotesis, uji hipotesis, dan teori, penjelasan (Erklaeren), atau pemahaman (Verstehen).
2. Agama beroperasi di wilayah makna. Alatnya: berbagai ritual. Cara kerjanya: refleksi.
3. Sains memasok teori, penjelasan, atau pemahaman. Agama memaknai pasokan tersebut dengan refleksi iman melalui berbagai ritual.
4. Refleksi iman atas pasokan ilmiah berupa teori, penjelasan, atau pemahaman hendaknya menggugah solidaritas dengan sesama dan alam, peka terhadap persoalan2 struktural (ekonomi, sosial, dan politik), serta meneguhkan pengharapan kepada Allah atau Yang Ilahi (=Misteri yang meresapi alam semesta).
5. Refleksi iman bermuara dalam aksi solidaritas,
a. baik yg bersifat karitatif ("memberi sumbangan dalam situasi darurat") maupun transformatif (membangun struktur-struktur alternatif),
b. serta memperkuat hubungan2 kemanusiaan dengan "mengatakan kebenaran di dalam kasih" (aleteuontes en agape, Efesus 4.15; TB-LAI: "dgn teguh berpegang pada kebenaran di dalam kasih") dan "saling menolong memikul beban" (Alelon ta bare bastazete, Galatia 6.2; TB-LAI: "bertolong-tolonganlah kamu memikul bebanmu).
6. Para pemuka agama, khususnya Kristen (agama saya), hendaknya rendah hati: tidak mengklaim ajaran ("teologi") yang dianutnya sebagai kebenaran final dan jawaban atas segala persoalan (lalu menafikan sumbangan sains berupa teori, penjelasan, atau pemahaman ilmiah, apalagi saling bertengkar saling tuding "saya benar situ sesat."
7. Firman Allah tentu "ya" dan "amin," tapi senantiasa perlu dibaca dan ditafsirkan. Pembacaan dan penafsiran atas FA selalu dilakukan dengan perspektif tertentu. Perspektif senantiasa bersifat paradoksikal: memungkinkan kita beroleh pengetahuan sekaligus membatasi pengetahuan kita, termasuk tentang FA.
8. Dengan perspektif, kita memiliki persepsi tentang sesuatu, termasuk FA, lalu kita membangun persepsi itu menjadi narasi. Kita lazim menyebutnya teologi. Dengan narasi atau teologi yg dianut, orang Kristen memaknai hidupnya, juga memaknai sumbangan2 sains.
9. Alih-alih bertengkar saling tuding, akan lebih produktif dan menjadi kesaksian yang baik bila para pemuka agama Kristen bersedia saling mendengarkan narasi-narasi (teologi2) satu sama lain, lalu bertukar apresiasi kritis, kemudian merancang dan melakukan aksi bersama sebagai kesaksian yang mengungkapkan solidaritas dan meneguhkan pengharapan di tengah masyarakat.
10. Bercermin pada para dokter, perawat, dan petugas kesehatan yang hari ini "bertempur" di garis depan merawati para pasien yang terjangkit Covid-19, umat Kristen kiranya dapat melihat Yesus Kristus dalam pengabdian bahkan pengurbanan mereka. Mereka ikut memikul penderitaan umat manusia, bahkan di antara mereka sudah ada yang berkurban nyawa.
11. Gusti Yesus datang supaya kita memiki "kehidupan yg berlimpah-limpah" (zoen echosin kai perisson echosin, Yohanes 10.10). Bila kita sudah memilikinya, hendaknya kita membagikannya kepada sesama dengan solidaritas karitatif & transformatif serta memperkuat hubungan2 kemanusiaan.
12. Alm. WS Rendra, Si Burung Merak, benar:
Luka di bumi ini milik bersama
Masih ada waktu untuk kita berbuat
Lemah Abang, 9 April 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar