Jumat, 03 April 2020

PRA-PASKAH V 2020: AKU AKAN MENDIRIKAN JEMAAT-KU...

lifehopeandtruth.com
Matius 16.13-19; 18.18-20

Rudolfus Antonius



Njajah desa milang kori, tibalah Gusti Yesus dan murid-murid-Nya di Kaisarea Filipi. Dari namanya kita bisa mencandra. Kaisar dan Filipus. Kaisar adalah penguasa tertinggi negara Romawi. Ia seorang raja besar. Filipus adalah penguasa wilayah, bawahan Kaisar. Ia seorang raja kecil. Daerah itu dinamai “Kaisarea Filipi” sebagai penghormatan si raja kecil kepada si raja besar, sekaligus cara si raja kecil mengabadikan namanya. Sembari menghormati penguasa tertinggi, si penguasa wilayah mengabadikan namanya sendiri.

Nabi

Di bawah bayang-bayang kekuasaan raja besar dan raja kecil, Yesus mengajukan pertanyaan kepada murid-murid-Nya. “Orang-orang bilang, siapakah Anak Manusia?” Frase “Anak Manusia” (ho huios tou theou), sebagaimana kita telusuri dalam Injil Matius, adalah cara Yesus menyebut diri-Nya.

  • Lihat Matius 8.20; 9.6; 10.23; 11.19; 12.8, 32, 40; 13.37, 41.
  • Lihat juga Matius 16. 27, 28; 17.9, 12, 22, 28; 20.18, 28; 24.27, 30, 37, 39, 44; 25.31; 26.2, 24, 45, 64.


Murid-murid, yang selain mengembara bersama dengan Yesus juga pernah diutus untuk mengabarkan Injil kepada “domba-domba yang hilang dari Keluarga Israel” (10.5-6), melaporkan apa yang dikatakan orang-orang (hoi anthrôpoi) tentang Yesus. Beragam, tentu. Ada yang bilang bahwa Yesus adalah Yohanes Pembaptis, yang telah dieksekusi mati oleh Herodes si raja wilayah, tetapi telah bangkit dari kematian sehingga begitu sakti mandraguna (14.2). Ada yang mengatakan bahwa Ia adalah Elia. Ada yang bilang bahwa Yesus adalah Yeremia. Ada juga yang mengatakan bahwa Ia adalah salah seorang dari para nabi. Meski beragam, semua sama: orang-orang menganggap Yesus seorang nabi.

Mesias

Setelah mendengar anggapan orang-orang tentang diri-Nya, Yesus bertanya lebih lanjut kepada murid-murid-Nya: “Tapi, kamu sendiri bilang, siapakah Aku?” Simon menjawab pertanyaan itu: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang Hidup.” Mendengar jawaban itu, Yesus berucap selamat kepada Simon: “Berbahagialah, Simôn Bariôna.” Mengapa? Karena jawaban tersebut bukan berasal dari “daging dan darah,” melainkan diwahyukan oleh Allah, yang disebut-Nya “Bapa-Ku yang ada di dalam sorga.” Perbandingan yang tersirat: “daging dan darah” menyatakan kepada orang-orang bahwa Yesus seorang nabi semata, sedangkan “Bapa-Ku yang ada di dalam sorga” mewahyukan kepada Simon bahwa Yesus adalah “Mesias, Anak Allah yang Hidup.”

Kemudian Gusti Yesus mengukuhkan “Petrus” sebagai julukan bagi Simon. “Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini …” (16.18ab). Dengan julukan itu, Simon menjadi metafora bagi “hê petra” (batu karang, the rock). Adapun hê petra tak lain dari kebenaran yang diwahyukan Allah tentang Yesus, yakni bahwa Laki-laki Bersandal itu adalah “Mesias, Anak Allah yang Hidup.” Dengan julukan Petrus, sosok Simon mengingatkan orang pada jawaban yang benar atas pertanyaan Yesus tentang siapa diri-Nya. Atau: dengan julukan Petrus, sosok Simon mengingatkan orang pada pewahyuan Allah tentang Yesus. Julukan Petrus adalah metafora tentang kebenaran yang diwahyukan Allah tentang Yesus: Mesias, Anak Allah yang Hidup. Yesus adalah Mesias, yang diurapi Allah untuk mengemban kuasa (exousia) dalam rangka mendatangkan Kerajaan Allah dan mewujudkan kehendak Allah di muka bumi seperti di dalam sorga (lihat Matius 6.10; 28.18a). Gelarnya: Anak [dari] Allah yang Hidup, mirip dengan sebutan bagi raja-raja Wangsa Daud (lihat 2Samuel 7.14; Mazmur 2.7). 

Jemaat-Ku

Di atas batu karang berupa pewahyuan Allah bahwa Yesus adalah Mesias, Laki-laki Bersandal itu akan membangun komunitas yang disebut-Nya “Jemaat-Ku” (mou hê ekklêsia, Matius 16.18b). Dibangun “di atas batu karang ini,” Gusti Yesus menandaskan bahwa Gereja atau Jemaat-Nya tidak akan dikalahkan atau dikuasai oleh “pintu-pintu gerbang Hades/dunia orang mati” (pulai Hadou). Gereja adalah milik Yesus Sang Mesias. Junjungan Gereja berkuasa melindunginya dari Maut. Dibaca dengan latar Kaisarea Filipi, pernyataan ini menjadi semakin signifikan: sebuah sindiran halus bahwa kekuasaan Kaisar dan kekuasaan Filipus tunduk kepada Maut, si raja besar dan si raja kecil akan dikuasai oleh kematian; tidak demikian halnya dengan Gereja!   

Kunci-kunci Kerajaan Sorga

Gusti Yesus kemudian memunculkan kontras bagi “pintu-pintu gerbang dunia orang mati,” yakni “kunci-kunci Kerajaan Sorga” (hai kleidia tês basileias tôn ouranôn). Ia akan memberikan amanat sebagai juru kunci Kerajaan Sorga kepada Simon yang dijuluki-Nya Petrus (16.19a), sehingga “apa yang kauikat [dêsês] di atas bumi akan terikat di dalam sorga dan apa yang kaulepaskan [lusês] di atas bumi akan terlepas di dalam sorga” (16.19b).

Tapi kiranya segera menjadi jelas bahwa Gusti Yesus memberikan itu bukan kepada Simon secara pribadi (Simôn Bariôna), melainkan Simon sebagai Petrus, yang mewakili semua murid Gusti Yesus selaku cikal-bakal Gereja-Nya. Sebab dalam kenyataannya Gusti Yesus kemudian juga memberikan kunci itu kepada semua murid: “Sesungguhnya Aku berkata kepada kamu [amên legô humin]: apa yang kamu ikat [dêsête] di atas bumi akan terikat di dalam sorga dan apa yang kamu lepaskan [lusête] di atas bumi akan terlepas di dalam sorga (18.1, 18).

Lantas, apa artinya  “apa yang kau/kamu ikat di atas bumi akan terikat di dalam sorga, dan apa yang kau/kamu lepaskan di atas bumi akan terlepas di dalam sorga”?  

Pertama, penerimaan seseorang ke dalam Kerajaan Sorga ditentukan oleh tanggapannya terhadap hê petra, yang telah diwahyukan Allah kepada Petrus dan ditetapkan Gusti Yesus sebagai dasar bagi Gereja-Nya. Menganggap Yesus sekadar seorang nabi (16.14) tidak cukup untuk membuat seseorang menjadi bagian dari Kerajaan Sorga. Ia perlu tiba pada pengertian dan keyakinan bahwa Laki-laki Bersandal dari Nazaret itu adalah Mesias, Anak Allah yang Hidup. Dengan kata lain, untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga seseorang perlu memiliki iman yang sama dengan Petrus dan komunitas yang didirikan oleh Gusti Yesus. Dengan mewartakan Kabar Baik tentang hê petra (lihat 24.11), Gereja melaksanakan kehendak Allah, yakni membuka Kerajaan Sorga bagi semua orang, sekaligus “mengikat dan melepaskan” (=menentukan) penerimaan mereka ke dalam Kerajaan Sorga. 

Kedua, pemulihan seorang saudara yang telah berbuat dosa ke dalam Gereja ditentukan oleh tanggapannya terhadap teguran korektif yang diberikan oleh saudara-saudara seiman dan/atau Gereja. Bila yang bersangkutan “mendengarkan” teguran korektif itu (=bertobat), ia dipulihkan ke dalam Gereja (18.15). Bila ia menolak untuk mendengarkan (=tidak bertobat), bahkan ketika Gereja menyampaikan teguran korektif itu, “jadilah ia bagimu seperti orang kafir atau pemungut cukai” (18.17). Dengan menjalankan penggembalaan khusus (yang dilakukan dengan bijak, saksama, dan tegas), Gereja “mengikat dan melepaskan” (menentukan) apakah seseorang yang telah berbuat dosa akan dipulihkan ke dalam Gereja atau tidak. 

Persekutuan

Dalam pada itu, Gusti Yesus memperjelas bahwa Gereja adalah suatu persekutuan. Pertama, persekutuan itu sekurang-kurangnya terdiri dari dua atau tiga orang (18.19-20). Persekutuan itu terbentuk “di mana dua atau tiga orang menghimpunkan diri ke dalam Nama-Ku” (hou … eisin duo e treis sunegmenoi eis to emon onoma, 18.20a, TB-LAI: “di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku”). Mereka sepakat untuk dipersatukan di bawah otoritas dan naungan Gusti Yesus, Sang Mesias. Gusti Yesus pun berjanji bahwa Ia akan hadir di tengah-tengah mereka (18.20b).  

Kedua, di dalam persekutuan itu berlangsung dialog: curhat dan cupat me-nguda rasa, yang bermuara dalam kesepakatan. Kedua unsur ini, yakni dialog dan kesepakatan, terkandung dalam istilah sumphôneô (= tiba pada kesepakatan; 18.19a, TB-LAI: sepakat). Apabila persekutuan itu mendoakan apa yang telah mereka sepakati, Gusti Yesus menandaskan bahwa “itu akan dibuat jadi bagi mereka [genêsetai autois, TB-LAI: “permintaan mereka itu akan dikabulkan”] oleh Bapa-Ku yang ada di dalam sorga” (18.19b).  

Demikianlah…

Gereja atau Jemaat didirikan oleh Gusti Yesus berdasarkan jati diri-Nya sebagai Mesias. Gereja adalah milik Gusi Yesus Sang Mesias. Ia berkuasa melindungi Gereja-Nya dari Maut. Gusti Yesus juga, melalui Petrus (16.19) dan semua murid (18.1, 15-18), memberi amanat kepada Gereja untuk berperan sebagai jurukunci Kerajaan Sorga melalui Pewartaan Injil dan Penggembalaan Khusus. Adapun Gereja itu adalah sebuah persekutuan dalam nama Gusti Yesus (18.20a). Di dalamnya orang-orang berdialog untuk tiba pada kesepakatan dan mendoakannya (18-19). Gusti Yesus menjanjikan kehadiran-Nya di tengah-tengah mereka (18.20b). ***


Lemah Abang, 28 Maret – 3 April 2020

Tidak ada komentar: